1/13/2016

Lelaki, Dari Masa ke Masa

Setiap zaman punya ciri khas dan spiritnya masing-masing. Itu bisa dilihat dari etika dan patokan perilaku dalam kehidupan sosial serta tampilan busana dari masing-masing zaman. Bagaimana sang janda membuat perbandingan antara laki-laki zaman dulu dengan lelaki zaman sekarang? Menarik ...

Lelaki, Dari Masa ke Masa

Saya diminta oleh salah satu kawan yang setia mengikuti blog saya untuk memberi kesan soal cowok-cowok yang ‘menye-menye’.

Saya sendiri ndak tahu apa itu cowok menye-menye, tapi dia mendiskripsikannya identik dengan cowok-cowok boys band. Hmmmh, kebayang, kebayang. Tapi apa ceritanya ya?

Yang pasti, cowok-cowok sekarang lebih fashionable dibandingkan cowok-cowok zamannya saya deh. Entah saya bergaul di tempat yang salah, tetapi memang dari saya mulai tertarik sama lawan jenis, kebanyakan cowok-cowok yang ada disekitar saya yang model-model ‘jantan’ begitu deh.

Saya pas teenager di tahun 80-an, jadi saat itu yang menjadi tren adalah rambut besar ala Bon Jovi dan Eddie van Hallen. Ada juga yang model punk.

Tetapi kalau saya disuruh mendeskripsi cowok-cowok waktu masa-masa muda saya, yang jadi idola kebanyakan yang suka olah raga (terutama basket), yang hidupnya kelihatannya susah (terinspirasi romansa Rano Karno-Yessy Gusman tea) dan bentuknya rada kusam, tanda macho. Wham!

Waktu saya SMA, saya masuk sekolah Katolik, di mana kebersihan dan kerapihan benar-benar dijaga. Ndak ada cowok-cowok yang gayanya urakan dengan kancing terbuka seperti di SMA Negeri. Tetapi tetap saja, yang menjadi idola adalah yang atletis, agak bau dikit, ngga terlalu rapilah.

Kalau ada yang rapih sekali, pasti dibilang cowok model Richie Ricardo (may he rest in peace). Walau di sekolah kelihatan rapi, kalau pesta2 ulang tahun cowok-cowok itu (yang notabene Chinese Indonesian) pada hadir dengan dandanan ala Michael Jackson dan model rambut polem maupun Devo. Tapi tampilan ini kalau siang hari tidak tampak.

Waktu saya kuliah di ITB, lebih hancur-hancuran lagi. Dengan lingkungan cowok-cowok Geologi yang merasa mereka harus macho dan jorok supaya fit in the bill buat jadi cowok geologi, semakin lamur mana cowok yang keren pada saat itu.

Cowok ITB, pastinya selalu pakai jeans, sepatu kets, tas ransel, rambut ngga disisir, kaos himpunan atau jurusan atau ITB atau kemeja berkerah. Kalau kumpul di tempat kos-kosan anak-anak ITB, terus ada yang keluar dengan baju rapi, pasti diteriakin, “Hey, mau kemana lu, kayak cowok Unpad aja”.

Jadi, ya koleksi cowok-cowok saya juga yang macho, yang kalau ospek pasti jadi yang galak, yang ngga rapih, mukanya garang. Biarpun ada yang namanya filem “Catatan si Boy”, dimana si Onky Alexander itu cowok yang rapi, tetap aja yang model seperti Tio Pakusadewo atau Alex Komang lebih banyak yang doyan; yang urakan tapi gemana gitu, misterius dan sexy.

Terus saya bandingkan dengan cowok-cowok zaman sekarang yang menurut saya, lebih self conscious dibandingkan dengan cowok-cowok zaman dulu. Sekarang cowok-cowok punya banyak pilihan untuk mempergaya model rambut, misalnya. Dengan rambut pendek, banyak bisa bergaya. Ngga heran cowok-cowok sekarang kalau pakai styling gel, mousse, wet gel dan sebagainya.

Tipe cowok yang jadi idola juga bergeser sepertinya. Kalau zaman-zaman saya dulu, yang top itu model-modelnya Tio Pakusadewo, Rico Tampatty, Addo Coverboynya majalah Mode, atau ada Denny Malik dan Elmo yang lebih kalem. Mereka masih lebih gagah dibandingkan dengan model-model cowok yang ada di TV sekarang.

Saya tidak tahu siapa-siapa saja namanya, entah Marcellino, Bertrand, whatever, tapi sepertinya semenjak Meteor Garden jadi hit dan To Ming Se’ tiba-tiba jadi idola, sepertinya cowok idaman itu tidak perlu macho lagi. Badan ngga perlu segitiga, begeng-begeng dan agak ringkih is OK.

Kriteria pun bergeser. Kalau dulu suka punya cowok yang rada geradakan karena identik dengan macho, sekarang cowok dituntut untuk bisa grooming lebih baik supaya bisa menarik hati perempuan. Lihat saja baju-baju mereka ke kantor pun sudah lebih warna warni, motif juga lebih berani.

Kalau saya sekarang berkunjung ke almamater saya, yang notabene batangan hungkul, mahasiswanya lebih rapi, lebih bersih dan lebih ‘cantik’. Kalau dulu kesannya urakan dengan model rambut bak sarang kecoa dan celana jeans yang tidak dicuci seminggu (atau sebulan kali ya). Sekarang cowok-cowoknya lebih rapih, lebih representatif.

Entah seperti apa di universitas lain, tetapi jurusan-jurusan yang lebih feminin biasanya cowok-cowoknya lebih feminin juga. Saya suka bertanya, kalau ada kecoa di lantai rumah saya, apakah saya bisa menaruh harapan dia akan membunuh kecoa itu?

Tapi herannya lagi, saya kok banyak ketemu cowok-cowok yang lebih muda yang, waduh, bagaimana ya, kadang sifatnya juga beda dengan cowok-cowok generasi saya. Mereka sifatnya lebih halus dan sensitif (which is ada baiknya mungkin), tetapi juga lebih tidak mau susah (dulu pacar saya naik becak dari Tebet ke Kuningan buat ngapel, ngga pake malu sama bapak saya lho).

Rasanya bangga banget berjuang untuk ketemu pacarnya. Rasanya perjuangan cowok-cowok zaman dulu itu besar banget supaya bisa ngedapetin cewek. Sementara sekarang, menurut teman-teman saya yang duda dan suka pacaran sama anak-anak yang separuh umur mereka, anak-anak sekarang sangat appreciate kalau diperlakukan seperti cewek-cewek zaman dulu.

Katanya sumber saya nih, si duda yang doyan daun muda, “Cewek-cewek sekarang gampang banget, ngga ribet ngedeketinnya. Sementara kalau dulu kan waaah, inget kan zamannya elu pacaran dulu waktu SMA, pake jual mahal-lah. Sekarang, mana ada cewek yang jual mahal”.

Apa karena cewek-ceweknya gampang jadi cowok-cowoknya juga gampang-gampang aja ya? Atau cowok-cowok sekarang menganggap perempuan sudah lebih kuat sehingga tidak perlu dikejar-kejar? Sementara yang generasi saya masih sibuk dengan gengsi dan masih berharap dikejar2 sama cowok (ya ngga heran kalau tetap single kali yaaaa….).

Eniwe, saya pikir sekarang model-model cowok sudah mempunyai spektrum yang lebih luas. Yang kemayu, yang babyface, yang nerdy seperti Ross di Friends, yang macho dan gagah, sepertinya semua ada pasarnya, lebih berwarna dibandingkan dengan sebelumnya.

Mungkin ini dimulai dari era 80-an juga, ketika laki-laki mulai berani menunjukkan kefemininannya (Boy George, Duran Duran, Prince, lihat deh di tahun 80-an laki-laki mulai berdandan) dan berkembang di tahun 90-an dengan dipelopori oleh NKOTB dan sekarang bermacam-macam boys band yang bertebaran.

Cuman, apakah generasi yang baru-baru ini lebih tough dari generasi sebelumnya, atau cuma menang dalam menghandle gadget-gadget dan teknologi tetapi kurang tahan banting, saya tidak tahu. Ya, mudah-mudahan saja cowok-cowok yang sekarang lebih baik kualitasnya dari cowok-cowok zaman dulu ya.


(Origin: Janda Kaya)

Anda juga bisa menuliskan dan berbagi dengan seluruh sahabat pembaca "TJanda". Menulislah sekarang dan kirimkan melalui halaman Kontak.